MAKALAH
FLUIDA
DINAMIS
Disusun untuk melengkapi
salah satu tugas mata kuliah Mekanika
Dosen Pengampu: Erwina Oktavianti. M.Pd
DISUSUN
OLEH
Ardi Wiranata ( F15112025 )
Ayu Novanti ( F15112021 )
Edy Nurmansyah ( F15112035 )
Jepri Pridolin Sinambela ( F15112011 )
Randy Ramanda Putra ( F15112006 )
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu visi
pendidikan sains adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dalam
sains dan teknologi serta memahami lingkungan sekitar melalui pengembangan
keterampilan berpikir, penguasaan konsep esensial, dan kegiatan teknologi.
Kompetensi rumpun sains salah satunya adalah mengarahkan sumber daya manusia
untuk mampu menerjemahkan perilaku alam.
Salah satu fenomena
alam yang sering ditemukan adalah fenomena fluida. Fluida diartikan sebagai
suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena
zat cair seperti air dan zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat padat
seperti batu atau besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa digolongkan
dalam fluida. Air merupakan salah satu contoh zat cair. Masih ada contoh zat
cair lainnya seperti minyak pelumas, susu, dan sebagainya. Semua zat cair itu
dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari
satu tempat ke tempat yang lain.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Fluida ?
2.
Apa yang dimaksud dengan Fluida Dinamis ?
3.
Apa saja sifat fisis Fluida Dinamis ?
4.
Aplikasi alat sederhana dari konsep Fluida Dinamis ?
C. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian Fluida
2.
Memahami konsep dari Fluida Dinamis
3.
Mengetahui karakteristik Fluida Dinamis
4.
Merancang alat sederhana dari konsep Fluida Dinamis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fluida
Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan
yang menyesuaikan diri dengan bentuk wadah tempatnya. Bila berada dalam
keseimbangan, fluida tidak dapat menahan gaya tangensial dan gaya geser. Ada dua macam fluida
yaitu cairan dan gas. Salah satu ciri fluida adalah kenyataan bahwa jarak
antara dua molekulnya tidak tetap, bergantung pada waktu. Hal ini disebabkan
oleh lemahnya ikatan antara molekul (kohesi). Gaya kohesi antara molekul gas
sangat kecil jika dibandingkan gaya kohesi antar molekul zat cair. Hal ini
menyebabkan molekul-molekul gas menjadi relatif bebas sehingga gas selalu
memenuhi ruang. Sebaliknya molekul-molekul zat cair terikat satu sama lainnya
sehingga membentuk suatu kesatuan yang jelas meskipun bentuknya sebagian
ditentukan oleh wadahnya.
Fluida dapat digolongkan ke dalam cairan atau
gas. Perbedaan utama antara cairan dan gas adalah (a) cairan praktis tak
kompresibel, sedangkan gas kompresibel dan sering kali harus diperlakukan
demikian dan (b) cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai
permukaan-permukaan bebas sedangkan gas dengan massa tertentu mengembangkan
sampai mengisi seluruh bagian wadah tempatnya.
B. Fluida Dinamis
Fluida dinamis
adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak. Untuk memudahkan dalam
mempelajari, fluida disini dianggap steady (mempunyai kecepatan yang konstan
terhadap waktu), tak termampatkan (tidak mengalami perubahan volume), tidak
kental, tidak turbulen (tidak mengalami putaran-putaran). Tetapi untuk memudahkan
mempelajari maka diberikan pendekatan yaitu :
1.
Fluida tak dapat ditekan (imcompressible) sehingga kerapatan fluida
homogen
2.
Tak ada friksi antara lapisan-lapisan fluida sehingga tidak ada energi
yang hilang
3.
Arus fluida adalah stasioner (tidak berubah terhadap waktu) dan tidak
berputar (irrotational) artinya sepanjang lintasan, tidak ada sirkulasi
kecepatan (v).
Macam – macam aliran dalam Fluida
Dinamis adalah Aliran Turbulen, Aliran Viscous dan Aliran Steady ( Stasioner ).
a.
Aliran Turbulen
Kecepatan aliran yang relatif
besar akan menghasilakan aliran yang tidak laminar melainkan komplek, lintasan
gerak partikel saling tidak teratur antara satu dengan yang lain. Sehingga
didapatkan Ciri dari aliran turbulen: tidak adanya keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran banyak
bercampur, kecepatan fluida tinggi, panjang skala aliran besar dan
viskositasnya rendah. Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh
terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran, yang menghasilkan percampuran terus
menerus antara partikel partikel cairan di seluruh penampang aliran. Untuk
membedakan aliran apakah turbulen atau laminer, terdapat suatu angka tidak
bersatuan yang disebut Angka Reynold (Reynolds Number).
b.
Aliran viscous
Aliran viscous adalah aliran dengan kekentalan, atau sering
disebut aliran fluida pekat. Kepekatan fluida ini tergantung pada gesekan
antara beberapa partikel penyusun fluida. Viskositas alias kekentalan
sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu
fluida ( dalam hal ini zat cair dan zat gas). Istilah gaulnya, viskositas
adalah gaya gesekan internal fluida (internal = dalam).
Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek
ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena
adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam
zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Perlu diketahui
bahwa viskositas atau kekentalan hanya terdapat pada fluida real
(nyata).
c.
Aliran Stasioner
Aliran stasioner adalah aliran di
mana setiap saat garis aliran berimpit dengan jalan aliran, yakni bahwa aliran air tersebut akan membentuk gas alir yang
tertentu dan partikel penyusun air akan melalui jalur tertentu yang pernah
dilalui oleh pertikel penyusun air di depannya.
C. Persamaan
Kontinuitas
Bayangkan suatu permukaan yang
berbatas dalam suatu fluida yang bergerak. Maka, pada umumnya, fluida yang
mengalir masuk ke dalam volume yang dilingkupi permukaan tersebut di titik-titik
tertentu dan keluar di titik-titik lain. Persamaan Kontinuitas adalah suatu
ungkapan matematis mengenai hal bahwa jumlah netto massa yang mengalir ke dalam
sebuah permukaan terbatas sama dengan pertambahan di dalam permukaan itu.
Massa fluida yang bergerak tidak
berubah ketika mengalir. Fakta ini membimbing kita pada hubungan kuantitatif
peting yang disebut persamaan kontinuitas (continuty equation). Perhatikan
bagian tabung aliran antara dua penampang lintang stasioner dengan luas A1
dan A2.
(Gambar
2.1)
Dari gambar
diatas dapat diperoleh pernyataan sebagai berikut:
“bila luas
penampang (permukaan) besar maka kecepatan aliran fluida rendah sebaliknya bila
luas penampang kecil ya pasti kecepatan alirannya besar”
Laju fluida pada bagian ini berturut-turut
adalah v1 dan v2. Tidak ada aliran fluida yang masuk atau
keluar tabung karena laju fluida pada setiap titik pada dinding tabung adalah
tangen terhadap dinding. Selama selang waktu yang kecil dt fluida pada A1 bergerak sejauh v1dt, sehingga selinder fluida dengan
tinggi v1dt dan volume dV = A1v1dt mengalir ke dalam tabung melalui A1.
Selama selang yang sama ini, sebuah silinder dengan volume dV2 = A2v2dt
mengalir keluar dari tabung melalui A2.
Pertama-tama mari kita tinjau
kasus untuk fluida inkompresibel sehingga densitas memiliki besar
yang sama di setiap titik. Massa dm1
yang mengalir ke dalam tabung melalui A1
dalam waktu dt adalah dm1 = A1 v1dt
. Dengan cara yang
sama, massa dm2 yang mengalir ke dalam tabung melalui A2 dalam waktu yang sama adalah dm2 = A2 v2dt
. Dalam alira
tunak, massa total di dalam tabung adalah konstan, sehingga dm1 = dm2 dan A1 v1dt
= A2 v2dt
atau A1v1 = A2
v2 (persamaan konstinuitas, fluida inkompresibel).
Perkalian Av adalah laju aliran volume dV/dt,
laju dimana volume melewati penampang tabung adalah:
(laju
aliran volume)
Laju alir massa adalah aliran massa per satuan waktu
melalui penampang aliran. Ini sama dengan densitas dikali laju aliran volume dV/dt.
Dalam kehidupan sehari-hari orang
sering menggunakan istilah “debit”. Debit air merupakan volume suatu fluida
yang mengalir melalui penampang dalam selang waktu tertentu. Secara matematis,
bisa dinyatakan sebagao berikut:
Untuk menambah pemahamanmu,
kita gunakan contoh. Misalnya fluida mengalir melalui sebuah pipa.
Pipa biasanya berbentuk
silinder dan memiliki luas penampang tertentu. Pipa tersebut juga punya panjang
(Lihat gambar di bawah).
(Gambar 2.2)
Ketika fluida mengalir
dalam pipa tersebut sejauh L, misalnya, maka volume fluida yang ada dalam pipa
adalah V = AL (V= volume fluida, A= luas penampang dan L= panjang pipa). Karena
selama mengalir dalam pipasepanjang L fluida menempuh selang waktu tertentu,
maka kita bisa menyatakan bahwa besarnya debit fluida:
Karena , maka persamaan di atas bisa dilakukan seperti ini:
Dengan demikian, ketika fluida mengalir melalui suatu pipa yang memiliki
luas penampang dan panjang tertentu selama selang waktu tertentu, mkaa besarnya
debit fluida (Q) tersebut sama dengan luas permukaan penampang (A) dikalikan
dengan kecepatan aliran fluida (v).
D. Persamaan
Bernoulli
Berdasarkan persamaan kontinuitas, laju aliran
fluida dapat berubah-ubah sepanjang jalur fluida. Tekanan juga dapat
berubah-ubah, tergantung pada ketinggian seoerti pada keadaan statis, dan juga
terhantung pada laju aliran. Kita bisa mendapatkan hubungan penting yang
disebut persamaan Bernoulli yang menghubungkan tekanan, laju aliran dan
ketinggian untuk aliran, fluida inkompresibel yang ideal. Persamaan Bernoulli
merupakan alat pokok dalam menganalisis sistem perpipaan, stasiun pembangkit
listrik tenaga air, dan penerbangan pesawat.
Ketergantungan tekanan pada laju mengikuti
persamaan kontinuitas. Ketika fluida inkompresibel mengalir seoanjang tabung
alir dengan penampang yang berubah-ubah, lajunya pasti berubah dan karena itu
elemen dari fluida memiliki percepatan. Jika tabung horizontal, gaya yang
menyebabkan percepatan ini digunakan oleh fluida di sekelilingnya. Ini bearti
bahwa tekanan pasti berbeda pada penampang melintang yang berbeda, jika
tekanannya sama di setiao temoat, gaya total pada setiap elemen fluida akan
berharga nol. Ketika tabung alir horizontal menyempit dan laju elemen fluida
meningkat, fluida akan bergerak menuju daerah bertekanan rendah untuk
mendapatkan gaya ke depan total untuk mempercepatnya. Jika ketinggian juga
berubah, peningkatan perbedaan tekanan akan terjadi.
Agar persamaan Bernoulli
yang akan kita turunkan berlaku secara umum, maka kita anggap fluida mengalir
melalui tabung alir dengan luas penampang yang tidak sama dan ketinggiannya
juga berbeda (liat gambar di bawah). Untuk menurunkan persamaan Bernoulli, kita
terapkan teorema usaha dan energi pada fluida dalam daerah tabung alir.
Selanjutnya, kita akan memperhitungkan banyaknya fluida dan usaha yang
dilakukan untuk memindahkan fluida tersebut.
(Gambar 2.3)
Warna buram dalam tabung alir pada
gambar menunjukkan aliran fluida sedangkan warna putih menunjukkan tidak ada
fluida.
Fluida pada luas penampang 1 (bagian kiri) mengalir
sejauh L1 dan memaksa fluida pada penampang 2 (bagian kanan) untuk
berpindah sejauh L2. Karenaluas penampang 2 di bagian kanan lebih
kecil, maka laju aliran fluida pada bagian kanan tabung alir lebih besar. Hal
ini menyebabkan perbedaan tekanan anatara penampang 2 (bagian kanan tabung
alir) dan penampang 1 (bagian kiri tabung alir). Fluida yang berada di sebelah
kiri penampang 1 memberikan tekanan P1 pada fluida di sebelah
kanannya dan melakukan usaha sebesar:
Karena
Maka persamaan W1 bisa ditulis menjadi:
Pada penampang 2 (bagian kanan tabung alir)
Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya yang diberikan berlawanan dengan arah
gerak. Jadi fluida melakukan usaha di sebelah kanan penampang 2.
Disamping
itu, gaya gravitasi juga melakukan usaha pada fluida. Pada kasus di atas,
sejumlah massa fluida dipindahkan dari penampang 1 sejauh L1 ke
penampang 2 sejauh L2, dimana volume fluida pada penampang 1 (A1L1)
= volume fluida pada penampang 2 (A2L2). Usaha yang
dilakukan oleh gravitasi adalah:
Tanda
negatif disebabkan karena fluida mengalir ke atas, berlawanan dengan arah gaya
gravitasi. Dengan demikian, usaha total yang dilakukan pada fluida sesuai
dengan gambar diatas adalah:
W = W1 + W2 + W3
W = p1A1L1
– p2A2L2
+ mgh1 – mgh2
Teorema usaha-energi menyatakan bahwa usaha total
yang dilakukan pada suatu sistem sama dengan perubahan energi kinetiknya.
Dengan demikian, kita bisa menggantikan usaha (W) dengan perubahan energi
kinetik (EK2- EK1). Persamaan di atas bisa kita tulis
lagi menjadi:
W = p1A1L1 –
p2A2L2
+ mgh1 – mgh2
EK2-EK1 = p1A1L1 – p2A2L2 + mgh1
– mgh2
mv22
- mv12
= p1A1L1 – p2A2L2 + mgh1
– mgh2
Ingat bahwa massa fluida yang mengalir sejauh L1 pada penampang
A1 = massa fluida yang mengalir sejauh L2 (penampag A2).
Sejumlah massa fluida itu, sebut saja m, mempunyai volume sebesar A1L1
dan A2L2 ,dimana A1L1 =
A2L2 (L2 lebih panjang dari L1).
Karena
Maka massa fluida bisa ditulis menjadi:
Sekarang kita substitusikan pada persamaan di atas dengan :
mv22 - mv12
= p1A1L1 – p2A2L2 + mgh1
– mgh2
Keterangan: P = tekanan
= Massa jenis fluida
v = kecepatan aliran fluida
g = percepatan gravitasi
h = tinggi tabung alir/pipa dari permukaan tanah
Ruas kiri dan ruas kanan pada persamaan Bernoulli
di atas bisa mengacu pada dua titik di mana saja sepanjang tabung aliran
sehingga kita bisa menulis kembali persamaan di atas menjadi:
P +
Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah total antara
besaran-besaran dalam persamaan mempunyai nilai yang sama sepanjang tabung
alir.
1.
Persamaan Bernoulli pada Fluida Diam
Kasus khusus dari persamaan Bernoulli adalah untuk
fluida yang diam (fluida statis). Ketika fluida diam atau tidak bergerak,
fluida tersebuttentu saja tidak mempunyai kecepatan. Dengan demikian, v1 =
v2 = 0. Pada kasus fluida diam, persamaan Bernoulli bisa kita
rumuskan menjadi:
p1+
p1 atau
Jika h2-h1= h, maka persamaan ini bisa ditulis
menjadi:
2.
Persamaan Bernoulli pada Tabung Alir atau Pipa yang
ketinggian sama
Jika ketinggian tabung alir atau pipa sama, maka persamaan Bernoulli bisa
disederhanakan menjadi:
atau
E. Penerapan
Prinsip dan Persamaan Bernoulli
Dalam ilmu fisika
dikenal salah satu konsep mengenai mekanika fluida. Pada salah satu konsep
mekanika fluida terdapat salah satu hukum (konsep dasar)
yaitu hukum Bernoulli. Asas
Bernoulli menyatakan bahwa “Pada pipa yang mendatar(horizontal), tekanan fluida
paling besar adalah pada bagian yang kelajuan alirnya paling kecil, dan tekanan
paling kecil adalah pada bagian yang kealjuan alirnya paling besar. Pernyataan
ini dikemukakan pertama kali oleh Daniel Bernoulli (1700-1782)
sehingga ini dikenal sebagai asas Bernoulli.
Hukum Bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan (), energi
kinetik persatuan volume (, dan energi
potensial per satuan volume (gh) memiliki
nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus. Hukum
Bernoulli menjelaskan tentang konsep dasar aliran fluida (zat cair dan gas)
bahwa peningkatan kecepatan pada suatu aliran zat cair atau gas akan
mengakibatkan penurunan tekanan pada zat cair atau gas tersebut. Artinya, akan
terdapat penurunan ernou potensial pada aliran fluida tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari,
dapat ditemukan aplikasi Hukum Bernoulli yang sudah banyak diterapkan pada
sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan manusia masa kini.
Penerapan Hukum
Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari diantaranya:
1.
Teorema Torriceli
Salah satu penggunaan
persamaa Bernoulli adalah menghitung kecepatan zat cair yang keluar dari dasar
sebuah wadah (liat pada gambar di bawah).
(Gambar 2.4)
Kita terapkan persamaan Bernoulli pada titik 1
(permukaan wadah) dan titik 2 (permukaan lubang). Karena diameter kran/lubang
pada dasar wadahjauh lebih kecil dari diameter wadah, maka kecepatan zat cair
di permukaan wadah dianggap nol (v1 = 0). Permukaan wadah dan
permukaan lubang/kran terbuka sehingga tekanannya sama dengan tekanan atmosfir
(P1 = P2). Dengan demikian, persamaam Bernoulli untuk
kasus ini adalah:
Jika kita ingin menghitung kecepatan
aliran zat cair pada lubang di dasar wadah, maka persamaan ini kita sederahakan
menjadi:
Massa jenis zat cair sama sehingga dihilangkan:
Berdasarkan persamaan ini, tampak
ahwa aliran air pada lubang yang berjarak h dari permukaan wadah sama dengan
laju aliran air yang jatuh bebas sejauh h (bandingakan Gerak Lurus Bebas).
2.
Efek Venturi
Selain teorema
Torricelli, persamaan Bernoulli juga bisa diterapkan pada kasus khusu lain
yakni ketika fluida mengalir dalam bagian pipa yang ketinggiannya hampir sama
(perbedaan ketinggian kecil). Untuk memahami penjelasan ini, amati gambar di
bawah.
(Gambar 2.5)
Pada gambar di atas
tampak bahwa ketinggian pipa, baik bagian pipa yang penampangnya besar maupun
bagian pipa yang penampangnya kecil, hampir sama sehingga diangap ketinggian
alias h sama. Jika diterapkan pada kasus ini, maka persamaan Bernoulli berubah
menjadi :
Ketika fluida melewati bagian pipa yang
penampangnya kecil (A2), maka laju fluida bertambah . menurut
prinsip Bernoulli, jika kelajuan fluida bertambah, maka tekanan fluida tersebut
menjadi kecil. Jadi tekanan fluida di bagian pipa yang sempit lebih kecil
tetapi laju aliran fluida lebih besar. Ini dikenal dengan julukan efek Venturi
dan menunjukkan secara kuantitatif bahwa jika aliran fluida tinggi, maka
tekanan fluida menjadi kecil. Demikian pula sebaliknya, jika laju aliran fluida
rendah maka tekanan fluida menjadi besar.
3.
Venturi Meter
Penerapan menarik dari efek venturi adalah Venturi Meter. Alat ini dipakai
untuk mengukur laju aliran fluida, misalnya menghitung laju aliran air atau
minyak yang mengalir melalui pipa. Terdapat 2 jenis venturi meter, yakni
venturi meter tanpa manometer dan venturi meter yang menggunakan manometer yang
berisi cairan lain, seperti air raksa. Gambar di bawah menunjukkan sebuah
venturi meter yang digunakan untuk mengukur laju zat cair dalam pipa.
(Gambar 2.6)
Amati gambar di atas.
Ketika zat cair melewati bagian pipan yang penampangnya kecil (A2),
laju cairan meningkat. Menurut prinsipnya Bernoulli, jika laju cairan
meningkat, maka tekanan cairan menjadi kecil. Jadi tekanan zat cair pada penampang
besar lebih besar dari tekanan zat cair pada penampang kecil (P1>P2).
Sebalikbnya v2 > v1.
Secara matematis pada
persamaan ini didapatkan.
Karena P1>P2
dan v2 > v1, maka persamaan iin bisa kita
sederhanakan menjadi seperti:
A1v1 = A2v2
Kita hendak mencari laju
aliran zat cair di penampang besar (v1).
Kita gantikan v2 pada
persamaan 1 dengan v2 pada
persamaan 2.
Untuk menghitung tekanan
fluida pada suatu kedalam tertentu untuk tekanan dalam fluida, kita bisa
menggunakan persamaan:
Persamaan a bisa kita ganti menjadi:
Untuk kasus di atas,
persamaan ini bisa disederhanakan menjadi:
Sekarang kita ganti p1-p2 pada
persamaan 3, dengan p1-p2 pada persamaan b:
Karena zat cairnya sama maka massa jenisnya juga pasti sama. Kita hilangkan
dari persamaan.
Persamaan ini kita gunakan untuk menentukan laju zat cair yang mengalir
dalam pipa.
4.
Tabung Pitot
Pada tabung pitot ini
digunakan untuk mengukur laju aliran zat cair, maka tabung pitot digunakan
untuk mengukur laju aliran gas/udara. Lubang
pada titik 1 sejajar dengan aliran udara. Posisi kedua lubang ini dibuat cukup
jauh dari ujung tabung pitot, sehingga laju dan tekanan udara di luar lubang
sama seperti laju dan tekanan udara yang mengalir bebas. Dalam hal ini, v1=
laju aliran udara yang mengalir bebas (ini yang akan kita ukur), dan tekanan
pada kaki kiri manometer (pipa bagian kiri) = tekanan udara yang mengalir bebas
(p1).
(Gambar 2.7)
Lubang yang menuju ke kaki kanan manometer, tegak
lurus dengan aliran udara. Karenanya, laju aliran udara yang lewat di lubang
ini (bagian tengah) berkurang dan udara berhenti ketika tiba di titik 2. Dalam
hal ini, v2 = 0. Tekanan pada kaki kanan manometer sama dengan
tekanan udara di titik 2 (p2).
Ketinggian titik 1 dan titik 2 hampir sama
(perbedaannya tidak terlalu besar) sehingga bisa diabaikan. Tabung pitot
sendiri juga dirancang menggunakan prinsip efek venturi. Sehingga secara
sistematis persamaannya adalah:
= massa jenis udara
Perbedaan tekanan (p2-p1) =
tekanan hidrostatis zat cair dalam manometer (warna hitam dalam manometer
adalah zat cair, air raksa misalnya). Secara matematis bisa ditulis sebagai
berikut:
= massa jenis zat cair dalam
manometer
Perhatikan persamaan 1 dan 2. Ruas kirinya sama (p2-p1).
Karenanya persamaan 1 dan 2 bisa disederhanakan menjadi seperti ini:
5.
Penyemprot Parfum
Prinsip kerja Hukum Bernoulli pada penyemprot parfum secara garis besar
adalah saat botol karet yang ada di botol parfum di kemas, udara yang ada di
dalamnya meluncurkan keluar melalui pipa botol karet tersebut. Oleh karena itu,
pipa ini memiliki laju yang lebih tinggi.
(Gambar 2.8)
Secara garis besar, prinsip kerja penyemprot parfum bisa digambarkan
sebagai berikut. Ketika bola karet diremas, udara yang ada di dalam bola karet
meluncur keluar melalui pipa 1. Karenanya, udara dalam pipa 1 mempunyai laju
yang lebih tinggi. Karena laju udara tinggi, maka tekanan udara pada pipa 1
menjadi rendah. Sebaliknya, udara dalam pipa 2 mempunyai laju yang lebih
rendah. Tekanan udara dalam pipa 2 lebih tinggi. Akibatnya, cairan parfum
didorong ke atas. Ketika cairan parfum tiba di pipa 1, udara yang meluncur ari
dalam bola karet mendorongnya keluar.cairan parfum pun akhirnya menyemburkan ke
tubuh. Lubang penyemprot parfum biasanya berukuran kecil sehingga cairan parfum
melaju dengan cepat. Jika luas penampang kecil, fluida akan bergerak lebih
cepat. Sebaliknya ketika luas penampang luas, fluida akan bergerak pelan.
Begitu penerapan Hukum Bernoulli pada penyeprot parfum.
6.
Gaya Angkat pada Pesawat Terbang
Gaya angkat pesawat terbang bukan karena mesin, tetapi pesawat bisa terbang
karena memanfaatkan Hukum Bernoulli. Pesawat terbang dapat terangkat ke udara
karena kelajuan udara yang melalui sayap pesawat bagian sisi atas lebih besar
daripada bagian sisi bawah. Pada penampang sayap pesawat terbang, bagian
belakang lebih datar dan sisi bagian atas lebih melengkung daripada sisi bagian
bawahnya.
(Gambar
2.9)
Keadaan ini
mengakibatkan garis arus bagian atas lebih rapat daripada bagian bawahnya. Hal
ini berarti kecepatan aliran udara pada bagian sisi atas lebih besar daripada
sisi bagian bawah sayap. Sehingga tekanan bagian atas lebih kecil daripada
tekanan pada bagian bawah. Perbedaan tekanan ini menimbulkan gaya angkat yang
besarnya dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:
Keterangan
: F1 = gaya pada bagian bawah sayap (N)
F2
= gaya pada bagian atas sayap (N)
= massa jenis udara (kg/m3)
V1
= kelajuan udara bagian bawah sayap (m/s)
V2
= kelajuan udara bagian atas sayap (m/s)
A =
luas penampang pesawat (m2)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Fluida
adalah zat yang mempunyai kemampuan untuk mengalir sehingga tidak dapat
mempertahankan bentuknya
2.
Fluida
dinamis adalah fluida yang dapat mengalir atau bergerak
3.
Fluida
dinamis terdiri dari persamaan kontinuitas dan persamaan bernoulli.
4.
Aliran pada fluida dinamis terdiri dari aliran turbulen, aliran viscous dan aliran steady ( stasioner ).
5.
Hukum Bernoulli menjelaskan
tentang konsep dasar aliran fluida (zat cair dan gas) bahwa peningkatan
kecepatan pada suatu aliran zat cair atau gas akan mengakibatkan penurunan
tekanan pada zat cair atau gas.
6.
Prinsip
fluida dinamis banyak diaplikasikan kepada berbagai aspek misalnya pada pada
gaya angkat pesawat, tabung pitot, dan penyemprot parfum
B. Saran
Dengan adanya makalah tentang fluida ini kita dapat
mengetahui jenis-jenis fluida serta kita diharapkan mampu untuk memanfaatkan
keuntungan dari fluida dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memudahkan
pekerjaan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C. (2001). Fisika
Jilid I .Jakarta: Erlangga.
Giles,Ranald. (1997). Mekanika Fluida dan Hidraulika Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Halliday dan Resnick. (1991). Fisika
Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Tipler, P.A. (1998). Fisika untuk
Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Young, Hugh D. &
Freedman, Roger A.(2002). Fisika
Universitas. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
VENTURI METER
Alat
dan bahan:
1.
Pipa
pralon
2.
Pipa L
3.
Shock
4.
Selang
5.
Papan
6.
Fluida
(air pada pipa, minyak pada selang)
Cara
Kerja
A.
Persiapan
Percobaan
1.
Siapkan
alat dan bahan sesuai yang dibutuhkan
2.
Potong
selang dengan panjang sekitar 60 cm
3.
Potong
pipa pralon yang berukuran kecil 1/2 mm dan besar 11/2 mm masing-masing panjangnya 40 cm
4.
Sabungkan
masing-masing peralon tersebut dengan menggunakan shock dan pipa L
5.
Lubangi
setiap pipa peralon pada bagian tengah dengan ukuran 5 cm x 3 cm
6.
Lubangi
pipa pralon sebesar ukuran selang pada setiap pipa pralon
7.
Masukkan
selang ke lubang yang sudah dilubangi serta diisi minyak pada selang tersebut.
8.
Potong
papan dengan panjang 50 cm masing-masing tiga papan
9.
Hubungkan
sesuai gambar
B.
Langkah
Percobaan
1.
Alirkan
air melalui pipa L
2.
Lihat
perbedaan ketinggian minyak pada selang
3.
Bagaimana
tekanan papa pipa besar dan kecil
4.
Bagaimana
kecepatan alir air pada pipa besar dan kecil menurut persamaan kontinuitas
5.
Buat
kesimpulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar